Minggu, 06 Juni 2010

ALBUM KESEIMBANGAN




SUHU

Kekerasan ada batasnya
Keluwesan tak ada batasnya
Tak ada kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama

Keunggulan geseran terletak pada keseimbangan
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong

Membentur dapat diukur
Menempel sukar dikira
Mundur selangkah maju ke delapan penjuru
Kosong dan isi bergantian
Menuruti keadaan
La la la la…

YA ALLAH KAMI

Ya Allah ya Tuhan kami
Tolonglah tolong
Ya Allah ya Robbi
Engkau-lah yang paling mengerti

Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, ya Allah

Lindungi kami, ya Robbi
Lindungi negeri ini
Berilah kemudahan
Jauhkan kemungkaran
Berilah kecerahan
Bagi masa yang gelap ini, ya Allah

Hanya pada-Mu lah kami memohon.. hanya pada-Mu lah…
Wahai pemilik segala nama
Maha dari segala maha
Sumber dari segala sumber

Ya Allah, kabulkanlah
Kabulkanlah doa kami

Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, ya Allah
Berilah kecerahan
Bagi masa yang gelap ini, ya Allah

HUTANKU

Hutan ditebang kering kerontang
Hutan ditebang banjir datang
Hutan ditebang penyakit meradang
Hutan-hutanku hilang anak negeri bernasib malang
Hutan-hutanku hilang bangsa ini tenggelam

Adakah engkau tahu ini adalah hukuman
Adakah engkau tahu ini adalah peringatan
Adakah engkau tahu ini adalah ancaman
Adakah engkau tahu ini adalah ujian Tuhan

Sadar dan sadarlah hei anak negeri
Sadar dan sadarlah para pemimpin
Hentikan.. hentikan…
Hentikan semua duka ini

Kembalikan kesuburan negeri ini
Kembalikan keindahan hutanku
Kembalikan ketenangan bangsa ini
Kembalikan, kembalikan hutanku
Biarkan, biarkan hutanku bangkit lagi

POHON UNTUK KEHIDUPAN

Hari baru datang menjelang
Kehidupan terus berjalan
Pohon-pohon jadikan teman
Kehidupan agar tak berhenti

Bukalah hatimu
Rentangkan tanganmu
Bumi luas terbentang

Satukan hati
Tanam tak henti
Pohon untuk kehidupan

Dihatiku ada pohon
Dihatimu ada pohon
Pohon untuk kehidupan
Tentram dan damai

Hidup rukun saling percaya
Hijau rindang sekitar kita
Andai esok kiamat tiba
Tanam pohon jangan ditunda

Terus tanam jangan berhenti
Alam lestari
Hidup tak bakal berhenti
Hay…hay.. hay.. hay.. hay.. hay.. hay… 2x

TANAM SIRAM TANAM

Tanam tanam tanam kita menanam
Tanam pohon kehidupan
Kita tanam masa depan

Tanam tanam tanam kita menanam
Jangan lupa disiram
Yang sudah kita tanam

Siram siram siram yo kita siram
Apa yang kita tanam
Ya mesti kita siram

Tanam tanam pohon kehidupan
Siram siram sirami dengan sayang
Tanam tanam tanam masa depan
Benalu benalu kita bersihkan

Biarkan anak cucu kita belajar dibawah pohon
Biarkan anak cucu kita menghirup udara segar
Biarkan mereka tumbuh bersama hijaunya daun
Jangan biarkan mereka mati dimakan hama kehidupan

Tanam tanam tanam… siram
Tanam tanam tanam… hoi
Tanam tanam tanam… siram
Tanam tanam tanam…

Tanam tanam pohon kehidupan
Siram siram sirami dengan sayang
Tanam tanam tanam masa depan
Benalu benalu kita singkirkan

AYOLAH MULAI

Kita satu daratan, kita satu lautan, kita satu udara
Kita satu kebutuhan
Utara, selatan, timur dan barat adalah arah
Kenapa bumi harus dipecah? Kenapa langit dibelah-belah?
Harus ada yang menyatukan, harus ada kesadaran untuk bersatu
Hidup ini sementara, kenapa mesti saling menyakiti

Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda
Dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda
Seharusnya perbedaan ini tak membuat kita jadi berbeda
Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama

Bahwa ada yang bilang kita ini turunan monyet
Turunan dewa, turunan setan sekalipun
Buatku bukan menjadi alasan untuk bermusuhan
Apalagi saling membunuh

Karena ulah sendiri kita terancam dari mana-mana
Karena ulah kita sendiri kita menderita
Kalau perang bukan penyelesaian kenapa tidak berdamai saja
Kenapa kita tidak bisa untuk saling percaya

Sekarang juga kita harus mulai
Tak ada istilah terlambat untuk mulai
Mulai dari diri kita sendiri
Biarkan cahayanya membangunkan orang yang tidur

Memang bukan hal yang mudah untuk mulai
Tetapi kita harus mulai
Selagi kita masih diberi kesempatan untuk hidup
Ayolah kita mulai
Ayolah kita mulai

AKU MENYAYANGIMU

Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau sewenang wenang pada manusia
Aku akan menentangmu
Karena aku manusia

Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau memerangi manusia
Aku akan mengutukmu
Karena aku manusia

Aku menyayangimu karena kau manusia
Tapi kalau kau menghancurkan kemanusiaan
Aku akan melawanmu
Karena aku manusia

Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia

Aku akan tetap menyayangimu
Karena kau tetap manusia
Karena aku manusia

^O^

Dari gunung ke gunung
Menembus kabut, lembah dan jurang
Melewati hutan pinus, melewati jalan setapak
Mendengar gesekan daun dan burung-burung
Menikmati aroma tanah dan segarnya udara
Jauh dari kebingungan sehari-hari

Aku dapat lepas teriak
Aku dapat bebas bergerak
Sambil menghangatkan tubuh pada api unggun
Lalu bersyukur atas semua ini
Ternyata masih ada tempat untuk kita berbicara
Walau lewat mata

Senangnya hati tak bisa aku gambarkan
Apalagi bila pagi datang menjelang
Dingin yang menembus tenda daging dan tulang
Perlahan tapi pasti mulai menghilang

Kita menari menyanyi sesuka hati
Lidah sang api memanggil-manggil Illahi
Allah maha besar... Allah yang terbesar

Dalam lingkaran diatas rumput yang damai
Mencari diri merambah sampai ke akar
Kalau berjumpa seringkali mengingatkan
Bagaikan cermin jernih yang tak ternoda

Kasihku.. ooo..o...
Bila saja kau disampingku
Kasihku... ooo..o...
Bila saja kau didekatku
Pasti akan kupeluk kamu
Dan kuucapkan
Selamat pagi sayang

SEPAK BOLA

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

Main bola adalah permainan tim
Bukan main sendiri atau asik sendiri
Memang dibutuhkan pemain yang cerdas
Cerdas membaca permainan lawan maupun kawan

Diluar keberuntungan dan kejutan
Kerja sama yang kompak menjadi mutlak
Nafsu mencetak gol biasanya merusak
Main saja yang wajar jangan lupa oper-operan

Soal postur bukan jaminan
Buktinya Maradona bintang lapangan
Keberanian bergerak gesit bertindak
Membuka peluang sabar menjaga lawan

Didalam sepak bola emosi pribadi harus ditekan
Taat pada pelatih tak terpengaruh penonton
Walaupun sakit harus patuh pada wasit
Wasit sakit sepak bola menjerit

Didalam pertandingan pemain yang menentukan
Setelah habis-habisan waktu latihan
Soal menang kalah memang menegangkan
Tetapi ketenangan bermain jangan disepelekan

Depan, tengah, belakang dan penjaga gawang
Main tak beres jadi cadangan
Mandi keringat sabunnya uang
Kalau mampu mengalahkan lawan
Yok cetak gol yok..
Ayo.. !!!

Dari kaki ke kaki bola bergulir
Ditingkahi semprit dan teriakan penonton
Papan sponsor dipinggir lapangan
Dimana tempat para wartawan parkir

Sepak bola olahraga dunia
Tempat belajar berjiwa besar
Nama bangsa jadi terbawa-bawa
Kalau juara di kompetisi akbar

Main bola adalah siasat
Boleh curang asal wasit tak lihat
Kalau kamu takut kualat
Sepak bola bukan olahraga yang tepat

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

Kerja sama adalah mutlak
Jangan main kalau tak punya otak
Emosi harus ditekan
Kalah menang pemain yang menentukan

Seorang wasit tak boleh curang
Mau curang jadi saja pemain
Jadi pelatih janganlah pilih kasih
Apalagi penuh dengan pamrih
Ayo.. !!!

Sama-sama menyerang.. sama-sama bertahan…
Bola satu jadi rebutan.. bola satu dikejar-kejar…
Pemain gila, penonton gila.. gila bola merajalela…
Pengamat gila, sponsor gila.. gila bola dua kali empat lima…

KUDA COKLATKU

Di atas punggungmu pasrahkan diri
Berlari menembus hari
Kupercaya hidup bernilai
Untuk saling melayani

Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Temanku… kuat tubuhmu
Matamu ramah menyapa setiap orang

Hidup memang sementara
Tapi karya selamanya
Yo berpacu mengisi waktu
Meraih cita-cita

Temanku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan
Temanku… seperjalanan
Menjawab pertanyaan yang panjang

Bersama angin mendekap ingin
Tidak berlebih tidaklah kurang
Walau terkadang masuk ke lubang
Lubang jalanan ah, memang sialan!

Temanku… kuda coklatku
Aku butuh kaupun butuh aku
Kuda coklatku… kuda besiku
Temani aku di perjalanan

Temanku… kuda coklatku
Menjawab pertanyaan yang panjang
Kuda coklatku… kuda besiku
Panas dan hujan bukan halangan

Temanku… kuda coklatku
Ayo berlari sepanjang musim
Kuda coklatku… kuda besiku
Temani aku di perjalanan

JENDRAL TUA

Jendral tua foto ditengah keluarga
Tersenyum dingin memandang kamera
Istrinya mati, anak dan adiknya dipenjara
Apa jadinya dan apa isi hatinya

Jendral tua masih tampan dan perkasa
Tersebar kabar banyak yang jatuh cinta
Oh medan laga, menganga minta digoda
Oh kuru setra, padang perang saudara

Jendral tua bererot jasa didada
Menagih janji pada ibu pertiwi
Mungkinkah ia seorang prajurit sejati
Kalaulah iya, wah sungguh celaka

Jendral tua legenda hidup nyata
Ahli strategi jago sudah teruji
Melahap sepi, didalam kamarnya sendiri
Masihkah ia, tergoda oleh dunia
Ee.. ya… e..e… ya… ee.. ya.. e..e…
Yaa.. e…

Jendral tua semoga kuat imanmu
Tetaplah begitu dan tetap disitu
Cahaya itu, ingatkan aku pada bapakku
Tetap begitu, tetap di pertapaan sucimu 3x

MALAHAYATI

Ketika semua tangan terpaku didagu
Ragu untuk memulai segala yang baru
Lirih terdengar suara ibu
Memanggil jiwa untuk maju

Dari tanahmu.. hei Aceh…
Lahir perempuan perkasa
Bukan hanya untuk dikenang
Tapi dia panglima laksamana jaya
Memanggil kembali untuk berjuang

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri

Dia Perempuan Keumala
Alam semesta restui
Lahir jaya berjiwa baja
Laksamana Malahayati
Perempuan ksatria negeri

Tinggal kubur kini hening sepi menanti
Langkah-langkah baru tunas pengganti
Hei Inong Nanggroe bangkitlah berdiri
Ditanganmu kini jiwa anak negeri

Selasa, 11 Mei 2010

LAGU TAK EDAR

SURAT KEPADA MABUK
Cinta, aku simpan mabukmu dalam botol
Dan aku layarkan ke samudra hati
Aku mengerti bahwa kau kecewa
Setelah kau reguk bergalon air mata

Atas cinta yang sungsang ini
Atas hati yang terlantar
Atas waktu yang terbuang percuma
Atas nama cinta juga
Kita tinggalkan kebersamaan yang semu ini

Sebab sebenarnyalah
Kita telah punya penjara masing-masing

Cinta, hidup memang membuat kita rajin tak berdaya
Atas takdir, masa lalu yang terlambat datang
Selalu kita sesali pilihan-pilihan hidup
Dan kita harus setia mereguknya

Cinta, kau hanya mabuk sesaat
Hanya memerlukan angin semilir, bertiup di degupmu
Dan kembali tersadar
Bahwa hidup harus dilanjutkan
Selama Tuhan mengijinkan

Aku rasa
Akupun begitu
Hanya perlu sedikit udara sejuk

Cinta, marilah kita terus mabuk
Karena mabuk dan tak mabuk
Aku tak merasakan bedanya

Salam mabuk
Dari seseorang yang hampir tak mampu hidup tanpa mabukmu

GENANGAN HUJAN

Sampai dimana aku tak tahu
Yang aku tahu terus melangkah menerjang bosan
Banyak cerita yang telah kita temui
Pasti berarti walau kadang tak peduli

Berkaca pada genangan hujan
Semerbak harum bunga-bunga liar
Senda gurau binatang malam
Mengantarku ke pembaringan

Bila dingin mengganggu kuhampiri kamu
Bila rindu bertalu aku disampingmu
Kuselimuti dengan semangatku
Lalu kukisahkan mimpi yang sederhana

Telah kuminta kau untuk menemani
Perjalanan ini sudah terjadi
Jangan berpikir kapan akan berakhir
Aku bergelora kurasa kaupun bahagia

Berkaca pada genangan hujan
Semerbak harum bunga-bunga liar
Senda gurau binatang malam
Mengantarku ke pembaringan

RUMAH CINTA HIJAU

Ibu… bayi yang kau susui dulu
Kini berjalan didalam badai
Mencari rumah cinta hijau
Yang damainya damai sejati

Ibu… anak yang kau sayangi dulu
Kini rindukan kawan abadi
Karena rumah cinta hijau
Tak bersua dalam sehari

Begitu banyak orang yang kukenal
Namun semua tak seperti dirimu
Yang senyumnya sampai kehati
Yang nuraninya tiada terbeli

Ibu… aku ingin lihat senyummu
Dirumah cinta hijau
Dimana rindu selalu pasti
Dimana cinta selalu berarti

PULANGLAH PAK

Pulanglah, Pak
Kami sekeluarga menunggumu, Pak
Kawan-kawanmu juga menunggumu, Pak

Pulanglah, Pak
Apakah kamu tidak tahu
Indonesia pecah, Pak?

Pipa-pipa menancap ditubuh pertiwi kita
Asap-asap dari pabrik-pabrik mengotori pertiwi kita, Pak
Limbah-limbah membuat sungai-sungai dan kali-kali tercemar
Kami terpaksa tutup hidung, Pak

Pertiwi kita menangis
Pertiwi kita butuh kamu, Pak
Oooh...

Pulanglah, Pak
Apakah kau tidak ingat aku lagi?
Aku anakmu, Pak
Aku, adik, ibu dan semua orang merindukanmu, Pak
Apakah hanya dengan doa-doa saja
Aku harus menunggu?

Penguasa...! Kembalikan bapakku...!
Penguasa...! Kembalikan bapakku...!

GELORA TERTEKAN

Dari jauh aku melihat dirimu
Curi pandang melempar panah asmara
Tak tau apakah sampai padamu
Aku malu sepertinya berdosa

Gelora coba kutekan
Berulang-ulang kutekan
Selalu aku bertanya
Cintakah ini adanya?

Sempat mata kita saling berpandangan
Juga sempat kita saling berjabat tangan
Tetap hati bergemuruh bak gelombang
Bila rindu memanggilmu sayang

Gelora coba kutekan
Berulang-ulang kutekan
Selalu aku bertanya
Cintakah ini adanya?

Semerbak bunga-bunga ditaman
Tak mampu buyarkan lamunan
Dirimu masih terus terbayang
Terbawa mimpi pagi menjelang

Mendekatlah wahai jelita yang malang
Aku ikhlas membuatmu bahagia
Tertawalah lepas jelita yang malang
Aku yakin aku tak berdaya

Gelora coba kutekan
Berulang-ulang kutekan
Selalu aku bertanya
Cintakah ini adanya?

Semerbak bunga-bunga ditaman
Tak mampu buyarkan lamunan
Dirimu masih terus terbayang
Terbawa mimpi pagi menjelang

KASBON

Selembar kertas berisi angka-angka
Tapi tidak ada angka-angkanya
Itulah kasbon

Selembar kertas berisi angka-angka
Menempel didahi dari wajah yang begitu muram karena jauh dari kenyataan
Itulah kasbon

Selembar kertas yang dilipat jadi perahu kecil
Hanyut disungai air mata yang tak ada samudranya
Itulah kasbon

Matahari terbit… Kasbon !
Matahari tenggelam… Kasbon !
Mimpi kaum peronda !

Selembar kertas yang membungkus jenazah pengangguran
Itulah kasbon

RESIKO

Bekerja orang-orang bekerja melamun orang-orang melamun
Apa yang dikerjakan apa yang dilamunkan
Kehidupan tetap berjalan

Tertawa orang-orang tertawa menangis orang-orang menangis
Apa yang ditertawakan apa yang ditangisi
Kehidupan tetap berjalan

Ketika merasa kehilangan pegangan
Aku butuh bersandar aku butuh memelukmu
Ketika merasa kehilangan keyakinan
Aku butuh bicara denganmu aku butuh dirimu

Bekerja orang-orang bekerja melamun orang-orang melamun
Tertawa orang-orang tertawa menangis orang-orang menangis
Apa yang dikerjakan apa yang dilamunkan
Apa yang ditertawakan apa yang ditangisi

Elang terbang sendiri diantara dua bukit kerontang
Matanya menujam ke bumi sayapnya indah merentang
Elang terbang sendiri sudah kodratnya demikian
Mestinya ia merasa sepi tapi sungguh ia tak kesepian

Elang terbang sendiri di ketiak langit dipayungi awan
Suaranya perih ke hati menjadi impian
Elang terbang sendiri hidupnya dikejar bayangan
Peluru pemburu menunggu, ludah pedagang mencincang

Resiko bersikap jujur dibilang sombong
Resiko bersikap jujur dibilang takabur
Namun aku takkan doyong namun aku takkan kabur
Resiko bersikap berani dibilang goblok
Resiko bersikap berani dibilang tak tahu diri
Namun aku takkan rontok namun aku takkan lari

Kejujuran dan keberanian memang langka di jaman seperti ini
Namun bukan berarti tidak ada

MALING BUDIMAN

Saatnya cuci kaki menjelang tidur
Namun otak tak mau diam
Walau badan sudah tak berdaya

Seharian banting tulang, seharian cari hutangan
Seharian kerja
Eh.. kerja serabutan

Mata sulit pejam pikir hari depan
Perut rasa lapar malas makan

Terpaksa tuk rebahan dilantai rumah kontrakan
Dengan lagu sengsara
Kisah maling budiman

Tiba tiba saja ide hebat nyelonong
Menyelinap ke hati
Tak sabar menunggu pagi

Mata sulit pejam pikir hari depan
Perut rasa lapar malas makan

Suara adzan bernyanyi terus menggoda
Kisah maling budiman menjadi inspirasi
Malam makin Subuh mimpi tak berlabuh
Sang khayal berjanji ingin pergi ke Makkah

Saatnya cuci kaki menjelang tidur
Namun otak tak mau diam
Walau badan sudah tak berdaya

Seharian banting tulang, seharian cari hutangan
Seharian kerja
Kerja serabutan

MARI KITA TERUS BEKERJA

Jangan termangu saja
Jangan mendekap harapan yang panjang
Cepat bangunlah jiwa yang tidur
Karena tergempur oleh hidup yang keras

Ini hari tetap berlanjut tak boleh kusut
Banyak yang bisa dikerjakan
Atau percuma seperti janjinya

Bekerjalah bekerja terus bekerja
Selagi kita masih ada tenaga
Hidup menjalani semuanya
Jjangan rugikan orang lain

Mari kita terus bekerja

MARI TERUS BEKERJA

Sebelum matahari bersinar
Sebelum ayam jantan saling bersahutan
Kita bersujud bersyukur pada-Nya
Atas segala yang telah diberikan-Nya

Kerja adalah makna hidup
Kerja ibadah tak berakhir
Kerja sudah suratan takdir
Kerja apa saja yang penting halal

Mari Terus Bekerja !

TERBUKA

Terbuka... terbukalah semua
Biarkan... cahaya bersinar
Terbuka... terbukalah semua
Biarkan... gairah bicara

Ketika mulai berbuat
Pastikan langkah jangan goyah

Selamat tinggal semua yang kelam
Mencair sudah yang beku
Kenapa mesti diselimuti gagap
Semua sudah terjawab

Kemarin... sempat ku terlena
Sekarang... aku pun terlena
Tetapi... kemarin dan sekarang berbeda
Kemarin kemarin... sekarang sekarang

JALAN MASIH PANJANG

Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Sinarnya putih mengusir rasa malas
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja
Sadarkan aku dunia selalu menunggu

Anak-anak didepan TV
Menggoda ibu
Suaranya bagai pedang nabi

Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru
Cerita teman garuda nangkring di pelangi

Waktu yang berjalan melindas sudah tidak tak berbekas
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran
Gairah bertahan tak bosan-bosan mengilik iman

Haus darah didalam bibir
Menggoda ayah
Amisnya aku ingin muntah

Kembali ke diri menjalani sepi
Jernihkan pikiran tidaklah mudah
Menyalakan api menerangi bumi
Melihat kedepan merangkul teman
Jalan masih panjang

Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Diruang tamu para sahabat bicara apa saja
Duduk di kursi menghadap mesin membaca buku waktu
Bersikap pasti agar tak oleng diserang haru biru

Waktu berjalan melindas sudah tidak tak berbekas
Kalau saja kita bisa tenang terima segala gempuran
Matahari bersinar dari balik tembok kaca
Mataharipun bersinar diatas batas
Sinarnya putih mengusir rasa malas

Anak-anak didepan TV
Menggoda ibu
Suaranya bagai pedang nabi

Haus darah didalam bibir
Menggoda ayah
Amisnya aku ingin muntah

AKU PENYANYI JALANAN

Aku penyanyi jalanan
Aku nyanyi di jalannya
Tempatku luas tetapi sempit
Luas karena dimana-mana ada jalan
Sempit karena dimana-mana orang mencari jalan

Jalanan rumah pertama dan terakhirku
Jalanan tempat orang-orang dilarang membuang sampah
Jalananku sekarang beda dengan dulu
Jalananku sekarang ongkosnya mahal

Dijalanan aku mendapat debu
Dijalanan aku menjadi manusia
Dijalanan banyak pilihan
Bukan hanya ke kiri atau ke kanan

Dijalanan pikiran dan hatiku merdeka
Oooh ooohh….

Aku penyanyi jalanan
Laguku bukan candu
Aku penyanyi jalanan
Diantara banyak jalan aku mencari jalan
Berdarah itu resiko

Lalalala lalalalala lalalala

Dijalanan aku mendapat debu
Dijalanan aku menjadi manusia
Dijalanan banyak pilihan
Bukan hanya ke kiri atau ke kanan

Dijalanan pikiran dan hatiku merdeka
Oooh ooohh….

Aku penyanyi jalanan
Aku nyanyi di jalannya
Aku penyanyi jalanan
Laguku bukan candu
Aku penyanyi jalanan
Berdarah itu resiko

Lalalala lalalalala lalalala

Berdarah itu resiko

Lalalala lalalalala lalalala

SAGU AMBON

Ombak mengalun, oh Mamae
Pohon-pohon palam dibukit Sakinah
Burung-burung nuri menjerit
Daripada membakar Masjid
Daripada membakar Gereja
Lebih baik bakar sagu saja

Pohon-pohon kelapa berdansa
Gitar dan tifa bergitar
Suaraku dibawa angin putaran
Oh ikan ditaman karang yang bercahaya
Saudara-saudaraku
Lihat Mama kita berjongkok didepan kota yang terbakar

Tanpa kusadari langitmu jadi sedih, Mamae
Air mata kita menjadi tinta sejarah yang kejam
Laut sepi tanpa kapal nelayan
Bumi meratap dan terluka
Dimana nyanyian anak-anak sekolah, Mamae?
Dimana selendangmu, Nonae?

Didalam api unggun aku membakar sagu
Aku lihat permusuhan antara saudara itu percuma
Luka saudara, luka kita

Ombak mengalun, oh Mamae…

NYANYIAN SOPIR

Iwan Fals: "Ini kalau.. kalau ngga ada sopir... kayaknya ngga sampai disini... terima kasih..!"

Suka duka manusia yang kerjanya sebagai sopir
Hari harinya dibelakang setir
Sopir pribadi, kantor atau angkutan umum
Minum bahan bakar, makannya onderdil

Mobil dicuci sambil nyanyi teganya nasib
Tunggu perintah orang yang punya hajat
Kalau nasib baik dapat Polisi yang baik
Kalau sedang sial ada saja yang nakal

Sopir-sopir nembak SIM antri di loket
Sopir-sopir paling jago menilai to**t
Sopir-sopir mati kutu dijalan yang macet
Sopir-sopir masuk tol dompetmu mejret

Hidup dijalan tergantung rem dan sempritan
Juga pom bensin, traffic light dan pedagang asongan
Sumpah serapah orang-orang yang nggak sabaran
Hiburan rutin bahan cerita pulang

Tanpa terasa rambut botak atau beruban
Waktu berjalan hidup tetap dijalan
Jalanan macet setel kaset-kaset yang meleyot
Jalanan lancar rejekinya meleyot

Sopir-sopir banyak yang punya ilmu pelet
Sopir-sopir mogok nyopir langsung di jepret
Sopir-sopir tahan banting tak tahan di gencet
Sopir-sopir rata rata bininye merentet

Sopir-sopir nembak SIM antri di loket
Sopir-sopir paling jago menilai copet
Sopir-sopir mati kutu dijalan yang macet
Sopir-sopir masuk tol dompetmu mejret

Sopir-sopir banyak yang punya ilmu pelet
Sopir-sopir mogok nyopir langsung di jepret
Sopir-sopir tahan banting tak tahan di gencet
Sopir-sopir rata rata bininye cerewet

BUNGA KAYU DI BERANDA

Ada malam tak berbintang
Ada siang yang dingin
Kenapa kau mesti bimbang?
Karena soal kemarin

Bunga kayu di beranda
Warnanya merah dan putih
Kursi kosong yang menunggu
Siapa yang duduk disitu?

Malam yang tak berbintang pasti tak kekal
Siang hari yang dingin juga tak kekal
Kamu yang sedang bimbang duduklah disitu
Tinggalkan yang kemarin jangan disimpan

Bunga kayu di beranda
Warnanya mulai memudar
Hmmmm… mmmmm…

Malam yang tak berbintang pasti tak kekal
Siang hari yang dingin juga tak kekal
Kamu yang sedang bimbang duduklah disitu
Tinggalkan yang kemarin jangan disimpan (2x)

Ada malam tak berbintang
Ada siang yang dingin
Kenapa kau mesti bimbang?
Karena soal kemarin

BELATUNG

Belatung-belatung cepat datang cepat pergi
Pikiranku mengembara lagi
Disamping kolam ikan
Diatas lantai beton
Saat hujan rintik-rintik
Tetanggaku menjemur pakaian

Seekor kadal buntung mati
Mayatnya hijau kehitam-hitaman
Seekor lalat hijau kepalanya merah
Menjilat-jilat bangkainya
Seekor lalat hitam bersayap coklat
Kadang ikut menjilat-jilat juga

Seekor belatung ditinggal pergi
Teman-temannya pergi
Bau busuk menganggu hidupku
Suaranya lalat hijau yang lain terus berbunyi

Sebentar hinggap dibangkai
Sebentar hinggap ditelingaku
Suasana sepi membantu
Bau bangkai terbawa angin
Matahari bersinar terang
Hujan rintik-rintik membasahi bebatuan

Aku mulai menjauh …

JAMBORE WISATA

Kumpul kumpul disini nyanyikan lagu alam
Dipinggiran kali dekat muara samudera
Suara dari jalanan

Tak saling bicara itu biasa
Di jambore wisata seni budaya

Ada teater ada musik, seni rupa dan penyair
Jauh polusi banyak bercanda
Dipayungi semesta raya

Pikiran bagus, hati pun tulus
Tukar cerita, dimana saja
Impian nyata, nyatanya mimpi
Walaupun begitu, mari kumpul disini

Orang emosi sudah banyak
Ujung ujungnya perang lagi
Ada diantara orang banyak
Sumat sumut nyempal nyempil

Pemain dan penonton
Sama sama main, sama sama nonton
Semesta raya , Anak manusia
Diantara bahagia dan derita
Dilarang curiga

PENJARA

Dunia diluar kotak luas sekali
Didalam ada dinding yang membatasi
Suka tak suka diluar luas sekali
Suka suka pergi kemana kita suka

Suka tak suka kotak adalah kotak
Ada dinding yang membatasi
Suka tak suka batas adalah batas
Jarak antara kau dan aku

Didepan atau dibelakang jeruji sama saja
Diatas atau dibawah tanah sama saja
Aku disana kamu disini apa bedanya
Penjara hanya nama

Diluar kotak luas sekali
Diluar luas sekali
Dunia dalam kotak luas sekali
Didalam luas sekali

Diluar ular melingkar – lingkar
Didalam kotak penuh tanya
Semua sama saja
Penjara pikir, penjara hati, penjara badan
Penjara hanya nama .. luas sekali .. luas sekali

DEMOKRASI NASI

Ada lagi sebuah perkara.. tentang nyawa manusia
Kisah ini memang sudah lama.. tapi benar terjadi…
Anak seorang menteri.. membuat onar lagi…
Menembak sampai mati.. kok nggak ada sangsi…

Tentu tak sesuai dengan undang-undang
Di negeri ini yang katanya demokrasi
Lain lagi dengan orang-orang biasa
Bila mereka curiga.. langsung masuk penjara…
Tanpa bukti nyata…

Mengapa.. mengapa…

Undang-undang tampaknya sakit perut…
Tuan tolong panggilkan dokter ahli…
Untuk Indonesia yang sisa hidupnya..
Mungkin terkena wabah kolera…

Undang-undang tampaknya sedang sakit…
Tuan tolong panggilkan dokter ahli…
Untuk Indonesia yang sisa hidupnya..
Mungkin terkena wabah selesma…

SEMAR MENDEM

Dengan langkah tegap berjalan
Seorang pria gendut ubanan
Kau menyusuri lorong pasar
Dikawal ratusan kamera para wartawan
Untuk bahan obrolan buat isi koran

Gemetar para pedagang
Waktu melihat Semar datang
Mengoreksi harga makanan
Mengoreksi harga makanan

Langsung harga turun sekejap
Karena takut Semar menindak
Ibu pejabat yang ikut rombongan
Wah kebetulan mumpung ada teman
Harga barang turun dirasakan

Setelah Semar selesai
Mengoreksi harga makanan
Terpampang dalam surat kabar
Dengan resmi dia umumkan
Harga sembilan bahan pokok tiada perubahan

Ketika ku belanja di pasar
Kaget melihat harga barang
Lalu kuhampiri seorang pedagang
Dan kutanyakan…

Berapa harga daging ?
Berapa sayur mayur ?
Berapa gula kopi ?
Berapa bawang putih ?
Berapa cabe merah ?

Mengapa semua harga naik edan-edanan ?
Tak cocok sama Semar waktu dia umumkan

Baik adik akan saya tunjukkan
Kata para pedagang
Bila adik mau belanja lebih murah
Pergi saja sana ke Semar ubanan
Pergi saja sana ke Semar ubanan

ANAK CENDANA (POLA HIDUP SEDERHANA)

Anggrek-anggrek subur
Dalam taman yang berpagar peluru
Cengkeh kopi dan teh
Serta banyak pabrik di pelosok negeri ini kau punya
Tak kan habis harta tuan tuk tujuh turunan

Pola sederhana itu yang kau minta
Bagi kami hidup berdagang
Bagi kami hidup bertani
Bagi kami pegawai negeri
Bagi kami gelandangan keki
Bagi kami pelacur kelas tinggi
Serta bagi kami yang ABRI

Pola sederhana kan kami lakukan
Asal tuan sudah melakukan
Asal tuan sudah melakukan

SITI SANG BIDADARI

Bedug Maghrib berbunyi keras sekali
Waktu itu aku sudah terbuai mimpi
Mimpi bergumul mesra dengan bidadari
Yang bernama Siti

Nikmat nian aku terbuai mimpi
Lupa pintu kamar mandi untuk dikunci
Pas pukul dua pagi datang maling
Yang tahu diri

Hilang sikat gigi
Hilang pasta gigi
Hilang sabun gigi
Hilang handuk gigi
Yang hilang memang serba gigi

Tapi justru yang hilang gigi
Aku keki

Aku cinta negeri ini
Aku puja negeri ini
Aku manja negeri ini
Aku sayang negeri ini
Makanya aku buat lagu ini

Negeri kita cantik
Bagai bidadari yang bernama Siti
Sehingga banyak diincar kaum lelaki

Negeri kita nikmat
Bagai rendang Padang buatan Gozali
Sehingga banyak yang makan gak bayar terus lari

Atau mungkin ekonomi Indonesia
Sudah kemasukan pencuri
Itu terbukti
Belum tuntasnya kasus Budiaji
Itu terbukti
Tenang-tenang saja sikap POLRI
Lindungi Tuhan.. lindungi kami dari para pencuri…
Amiiin…..

KISAH SAPI MALAM (PSK)

Hai sapi malam siapa engkau ini
Pinggul digoyang punya kota Karawang
Mata jelalatan cari cukong buncit bermata sipit

Kau tertawa genit tampak si om buncit
Pakai Mercy biru bemo butut tak laku

Soal materi atau cuma hobi
Bila pulang kandang hari sudah pagi
Muka pucat pasi jalan sruduk kanan kiri
Mirip orang mabuk terasi

Kau tertawa genit tampak si om buncit
Pakai Mercy biru bemo butut tak laku

Ayahmu nona seorang kyai
Ibumu nona pun guru ngaji
Mengapa kau jalani hidup penuh dosa ini

Soal materi atau cuma hobi
Bila pulang kandang hari sudah pagi
Muka pucat pasi jalan sruduk kanan kiri
Mirip orang mabuk terasi

Kerja lembur bilang pada bapak kyai
Pergi pake Damri pulang diantar Mercy
Mercy punya pak Kusnadi

MINCE MAKELAR

Mince makelar datang
Bawa langganan dapat uang
Mince girang

Mince jual baskom
Baskom bocor gede be’eng
Eh negong di Saritem, oh Mince
I like you, osoy…

Eh tamblong neang bagong
Bagong lieur nu garoblok
Eh tamblong neang bagong
Bagong lieur nu garoreng

Bengeut hideung
Make up tilu puluh meter
Cari omprengan
Jepit bari nangtung

Mince makelar datang
Bawa langganan dapat uang
Mince girang

ANISSA

April pertama kali aku mulai rasa
Diperut istriku ada nafas
Saat gelisah marah dan takut menyatu
Dua belas hari aku dijamu polisi melulu

Namun semua lewatlah sudah
Batin ibu dan ayahmu selamat
Sementara Tuhan tetap teruskan niatnya
Berkembanglah benih di rahim istriku

Juli bulan keempat amuk api di Penjaringan
Hanguskan jiwa saudaramu nak
Dua puluh ribu orang dikotak katik taktik
Namun benarkah taktik hanya isyu

Tetapi ayah tak sanggup berbuat apa - apa
Sebabnya engkau tahu ayah bukan Superman
Jiwaku yang merintih melihat mereka yang gusar
Walau begitu api kian membesar

Dua belas September bulan berikutnya
Saat degup jantungmu semakin jelas
Di Tanjung Priok sana ada orang marah
Penjuru Jakarta dicumbu resah

Sementara setelah itu
Semua orang takut buang hajat juga takut
Begitu banyak kantong plastik yang tersebar
Siap janjikan maut disetiap jengkal tanah air kita

Akhir Oktober tujuh bulan usiamu
Tanpa sajen rujak tujuh rupa
Bagaimana mungkin adakan selamatan
Banyak pasar yang tutup sebab Cilandak meledak (kena mortir)

Anakku nomor dua cukup istimewa
Waktu dalam perut semua orang pada ribut
Banyaknya peristiwa menyambut tangismu
Sadarilah sadari sadarilah oh... Anissa

Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Tinjulah congkaknya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu

Cepatlah besar matahariku
Menangis yang keras janganlah ragu
Hantamlah sombongnya dunia buah hatiku
Doa kami di nadimu

OH INDONESIA

Sebentar lagi PEMILU
Orang-orang masuk ke kotak suara
Untuk mencari pemimpin baru
Untuk mendapatkan gairah baru
Sebentar lagi PEMILU
Sedangkan aku masih ragu untuk mencoblos salah satu
Karena penguasa menginginkan…
Sebelum PEMILU orang-orang sudah pada ribut
Politisi, polisi dan tentara kalang kabut
Penguasa, pengusaha dan penguasa pasang kuda-kuda
Sementara gossip yang beredar Soeharto adalah bos mafia
Gerombolan mahasiswa, penganggur dan buruh menjadi massa
Bergelombang-gelombang menginginkan perubahan
Para cendekiawan memuntahkan peluru dari mulutnya
Sementara aku dan istriku hampir setiap hari bersenggama
Empat periode Soeharto jadi presiden
Lebih hebat dari Marcos menyaingi Fidel Castro
Orang ingin presiden ganti
Tapi orang juga mau Soeharto terus
Orang sudah bosan tapi orang juga bingung cari pengganti
Lantas aku berpikir kalo Soeharto mati
Apa jadinya REPUBLIK atau KERAJAAN ini
Pasti orang berkelahi untuk menjadi pengganti
Lebih baik Soeharto dijadikan mummi dan didudukkan di kursi

Oh.. Indonesia… dalam pembangunan ekonomi…
Oh.. Indonesia… tanah air para family
Sementara banyak rakyatnya menjadi kuli di negeri sendiri
Oh.. Indonesia… dalam pembangunan keadilan…
Oh.. Indonesia… tanah air para hartawan
Sementara banyak rakyatnya menjadi korban anjing piaraan
Oh.. Indonesia… dalam pembangunan kerohanian…
Oh.. Indonesia…tanah air para koruptor
Sementara banyak rakyatnya hidup di tempat yang kotor
Oh.. Indonesia… dalam pembangunan keamanan…
Oh.. Indonesia… tanah air para jagoan
Sementara banyak rakyatnya dirampok diperkosa dan disingkirkan
Oh.. Indonesia… dalam pembangunan pendidikan…
Oh.. Indonesia…tanah air para penjiplak
Sementara banyak rakyatnya dicekoki tukang tipu di televisi

IMELDA MARDUN

Bertampang halus.. berhati bulus…
Bertutur lembut.. berwatak belut…
Berkantong yahud.. berotak yahudi…
Inilah dongeng istrinya babe

Pasang pondasi bangun jembatan
Kepala pion dia korbankan
Tak lepas senyum beri sambutan
Basa basi mode orang gedean

Para wartawan senyumkan gigi
Liput berita gacoan babe
Tulis cerita halaman muka
Untuk dibaca sambil buang hajat

Para hadirin bersorak hore
Bertepuk tangan berdansa rame-rame
Selesai sudah semua acara
Tak sabar lagi tunggu komisi

… Imelda Mardun…

MAUMERE

Ribuan orang sudah mati disapu gelombang dihantam tsunami
Ribuan rumah porak poranda dijerang gempa yang menggila
Harta benda sudah pergi air bersih sulit dicari
Tenda-tenda darurat seperti jamur
Tangisan pilunyanyian kalbu
Derita Flores jelas tergores
Merobek-robek catatan duka
Wabah penyakit merayap pasti
Menghantui sisa bencana
Maumere.. maumere…
Kulihat orang-orang yang berkelahi
Tiba-tiba saja berhenti
Karena pencuri nasi pun menghentikan kegiatannya
Pendeta, alim ulama, biksu atau apalah namanya
Bersatu menghibur kamu
Media massa pun memberi kabar
Para pejabat berlomba mencari surga
Maumere.. maumere…
Bukti kita Satu
Maumere.. maumere…
Kita memang satu

JONED

Sakit hati prajurit tua Mohamad Joned
Sumpah serapah yang keluar “monyet”
Nasibnya sial karirnya sial
Puluhan tahun dia lewati puluhan tahun dia mengabdi
Kepala buat kaki jurit Joned bersabarlah sampai mati

Oii jangan frustasi
Oii badanmu kurus nanti
Oii jangan iri

Jurit Joned emang mereka turunan “nyomet”
Kembanglah sang otak geraklah bergerak
Bangkitlah sang nyali jurit Joned menyanyi lagi
Kembanglah sang otak geraklah bergerak
Bangkitlah sang nyali jurit Joned menyanyi lagi
Aua.. aua.. au…

Yang pasti hidup ini keras tabahlah terimalah
Lindas melindas sudah lepas landas
Lepas landas sudah tergilas-gilas

Joned awas ada BOM…
Joned awas ada BOM…
Joned awas ada BOM…
Joned awas ada BOM…

Sakit hati prajurit tua Mohamad Joned
Sumpah serapah yang keluar “monyet”
Nasibnya sial karirnya sial
Puluhan tahun dia lewati puluhan tahun dia mengabdi
Jurit Joned bersabarlah sampai mati
Jangan frustasi.. jangan iri…
Jurit Joned emang mereka turunan “monyet”

MESIN-MESIN PEMBUNUH

Mesin-mesin pembunuh terbang diatas langit yang biru
Menukik melesat melepaskan hajat tahunan
Disaksikan rakyat, disaksikan pejabat
Atas nama pertahanan, atas nama kedaulatan

Mesin-mesin pembunuh merangkak didalam kotaku
Melintas menggeram mengibaskan debu-debu selalu
Disaksikan rakyat, disaksikan pejabat
Atas nama keamanan, atas nama kepahlawanan

Mesin-mesin pembunuh berenang dilaut yang biru
Menyerang mengintai mengabarkan keperkasaan
Disaksikan rakyat, disaksikan pejabat
Atas nama kesetiaan, atas nama pengabdian

Mesin-mesin pembunuh berbaris di pelataran yang luas
Bergerak menderu menyanyikan lagu kematian
Disaksikan bayi, disaksikan perawan
Atas nama ketulusan, atas nama kegagahan

Apakah semua ini masih perlu ?
Apakah semua ini tidak sia-sia ?
Tidak adakah yang lebih penting daripada membunuh ?
Tidak adakah lagi rasa saling percaya ?

Mesin-mesin pembunuh menghalau burung-burung
Mesin-mesin pembunuh merusak pemandangan
Mesin-mesin pembunuh menghabisi ikan-ikan
Mesin-mesin pembunuh menebarkan ketakutan
Mesin-mesin pembunuh hanya membuat kenyang para pedagang
Mesin-mesin pembunuh

MENCARI KATA-KATA

Kehidupan seorang manusia selalu melamun
Dan apa yang dilamunkan
Apa yang dilamunkan itu salah satu terwujud
Seperti lamunanku yang mencari kata-kata
Bangun tidur layaknya seorang petani
Kalau petani mengambil cangkul
Aku mengambil gitar dan mencari kata-kata
Dan selalu mencari kata-kata
Kata-kata sangat bermanfaat bagiku
Dan kata-kata yang membuat kehidupanku terwujud

Mencari kata-kata dan selalu mencari kata-kata
Tiap hari aku mencari kata-kata.. mencari kata-kata…

MALAM SUNYI

Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih
Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Malam hening sejuk sunyi
Langit cerah menaungi atap kehidupan nyata
Tak tembus terpandang mata
Ini sajadah panjangku tunduk sujud menghadapMu
Bisikan asma yang agung taqarub mengharap ridhoMu

Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih
Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Pancaran nur suci gerbang pengampunan
Sembah sujudku hanya padaMu
Jasad mengitari lingkaran yang suci
Hidup matiku hanya untukMu

Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih
Allahumma sholli wasallim wabaarik alaih

Pancaran nur suci gerbang pengampunan
Sembah sujudku hanya padaMu
Jasad mengitari lingkaran yang suci
Hidup matiku hanya untukMu

Ya Rabbi
Hidup matiku sembah sujudku hanya untukMu

SKETSA SETAN YANG BISU

Transaksi narkoba ada dimana-mana
Di perkampungan, di perumahan, di pesantren, di sekolahan
Di tempat hiburan, di kejaksaan, bahkan didalam penjara sekalipun
Bagai wabah buktinya pun bercecaran dimana-mana

Operasi narkoba apakah benar-benar bisa menyelesaikan persoalan
Atau bahkan bukan malah menjadi bagian dari promosi
Narkoba adalah gaya hidup, narkoba adalah ajang bisnis
Untuk sebagian orang, narkoba adalah jalan keluar

Dari hidup yang kian hari bertambah sumpek
Bagi para pecandu, narkobalah tuhannya
Bagi para bandar, narkoba adalah bisnis yang menggiurkan
Bagi para penegak hukum, narkoba adalah ceperan yang vital
Bagi para produser, apa sih maksudnya
Narkoba harus ditata, agar bisa jadi devisa
Devisa jasmani, devisa rohani, devisa Negara Indonesia

Narkoba harus bersuara, punya saluran yang resmi
Agar semuanya bisa menjadi lebih jernih
Dan tidak menjadi setan membisu

Lagu ini lagu bekas pecandu
Semoga bisa menjadi solusi
Narkoba perlu pemecahan yang bermutu
Agar tidak menjadi perang abadi

INDONESIAKU

Indonesiaku
Betapa malang nasibmu
Bertubi-tubi kesedihan menghantammu
Seolah menggelombang tak henti henti
Indonesiaku
Diantara kebisingan kau mencuri keheningan
Agar jernih dalam berpikir jernih dalam bertindak
Walau sulit aku ikut merasakan
Indonesiaku
Air matamu meleleh di setiap penjuru
Kata temanku, kamu terancam punah
Namun kataku TIDAK !
Terlanjur aku cinta padamu INDONESIA-ku !

KEMARAU

Kemarau pasti datang tak mungkin ditentang
Tanah kering kerontang ilalang terbakar
Kehidupan merindukan air
Hawa panas sampai sumsum
Amarah mencoba menembus hari
Tergoda bertahan tergoda melawan
Kekalutan melanda situasi resah
Kemarau di hati butuh dimengerti
Karena air sulit dicari
Kemarau di hati butuh dimengerti
Kemarahan menjalar perpijar-pijar
Karena api datang menyambar-nyambar
Berlomba, berlari, terkapar, terinjak-injak
Mengalir, bencana, menahun, berulang
Meleleh air mata jangan disimpan
Menggantikan hujan yang diharapkan
Meleleh air mata jangan disimpan
Biarkan membasahi tanah hitam tercinta
Lapar tercampak di ujung malam
Bulan bintang cemerlang hanya menyaksikan
Hukum alam berjalan menggilas ludah
Hukum Tuhan katakan “Sabar”

LAGU SEDIH

Lagu sedih anak perawan menunggu pacarnya datang
Didepan sebuah pertokoan dibawah halte penuh coretan
Lagu sedih perjaka tingting ingin disebut jagoan
Melihat temannya terkapar mati didalam comberan

Kisah hari-hari kota besar menghiasi hati yang diburu
Habis disapu industri merubah hati menjadi mesin
Lagu sedih berbuih-buih lapar sayang ingin disayang
Lagu sedih ibu yang sepi sebab suaminya bosan
Mengharap belaian sayang yang tulus penuh pengertian
Lagu sedih bapak yang angkuh sebab pekerjaannya kisruh
Pergi ke tempat hiburan menghamburkan uang curian

Kisah hari-hari kota besar menghiasi hati yang diburu
Habis disapu industri merubah hati menjadi mesin
Lagu sedih berbuih-buih lapar sayang ingin disayang
Lagu sedih semakin perih haus sayang ingin disayang

KEMBALI KE MASA LALU

Aku ingin kembali ke masa lalu
Berjalan dari warung ke warung
Berjalan dari rumah ke rumah
Berada di setiap tempat sampah
Begadang, main gitar, mabuk, nyanyi

Setelah itu bercanda dengan para pelacur
Aku ingin kembali ke masa lalu
Ke masa kesalahan menjadi kebanggaan

Waktu itu aku bebas aku lepas
Aku bisa teriak sekeras aku suka
Aku bisa menangis secengeng aku mau
Langkahku ringan rasanya terbang
Aku paling suka mencari perhatian

Segala cara aku lakukan
Tak ada beban tak ada dosa
Tak ada yang aku risaukan
Paling-paling hanya hari depan
Dan dituduh PKI

REPOT NASI

Aku mendengar suara, tak ada wajahnya.
Seribu doa - doa di atas kepala.
Mencari suara dari dalam qalbu.
Sulit rasanya ku dengar suaranya.. Kudengar suara…
Hanya sampai di jakun saja.. Repot nasi!!!!
Mencari kata - kata.
Mencari kata - kata.
Entah dimana apakah menempel di langit - langit tenda?
Mencari teman dalam bersilat lidah.
Mencari suara.
Mencari suara.
Tak ada makna menyanyi saja.. Menari saja.
Leher bergerak pun tak apa.
Tapi sebelum tidur jangan lupa berdoa.
Kadang - kadang sembuhkan luka dalam diri.
Doa apa saja.. Nyanyi apa saja.
Doa atau nyanyi.. sami mawon.
Ribuan kilo ribuan kilo sekilo seribu.
Ada langka seribu.. Ada langka pertama.
Sebelum ke dua sebelum ke tiga sebelum ke empat
sebelum ke lima.
Semoga mimpi indah.
Mencari kata - kata.. Mencari suara.
Ternyata tak perlu di cari ia datang sendiri.
Seperti warna - warni dalam lukisan kita.
Ia melukis sendiri.. Ia bercerita sendiri..
Ia.. ia.. ia… aku dan kau sama… sami mawon…
Mencari kata-kata tak ada koma tak ada isi
Tak ada tanda seru tak tanda tanya
Tanda kutif pun tak apa-apa
Mencari kata-kata ternyata capek juga…

HARI RAYA BUMI

Hari ini adalah hari raya milik bumi
Dengan segenap rasa pedih kami anak cucu bumi
Yang hingga detik ini berdiri tegak diatas bumi
Menjadi saksi dengan mata telanjang
Betapa nestapa nasib bumi kami

Hari ini adalah hari raya milik bumi
Dengan segenap rasa perih kami adalah anak-anak bumi
Masih menjadi saksi manusia adalah penghuni bumi paling biadab

Hari ini adalah hari raya milik bumi
Diatas langit dibawah tanah dengan sekujur badan
Kami anak cucu bumi menjadi saksi

Kami tak ingin bumi ini meleleh..
Kami tak rela bumi ini keriput…
Kami tak rela bumi ini terbakar..

Kepada seluruh penghuni bumi…
Tanamlah pohon…
Tanamlah pohon…
Tanamlah pohon…
Tanamlah pohon…
Agar bumi tak cepat mati…

BERITA CUACA

Kasak kusuk orang kalah menjelma suara ribuan lebah
Radio tetangga muntahkan kutuk penuh serapah
Ada sirine melengking di tengah malam
Ada bangkai bayi hanyut di kali hitam

Orang-orang berjejal di jalanan di kolong jembatan layang
Di kantor-kantor pemerintah dan swasta
Berdesakan map-map lamaran pencari kerja
Beratus, beribu, berjuta penganggur termangu
Menatap masa depan, tak jelas mana pangkal mana ujung
Mereka berhimpitan tanpa pegangan dan kepastian
Di simpang sejarah negeri para pendendam

Generasi masa depan dicuci otaknya via layar televisi
Yang mengadopsi dan nonstop mengajarkan hukum rimba
Di program lewat channel-channel mimpi dan hiburan
Atau berita dusta yang direkayasa
Anak-anak itu kini lebih mengenal super hero
Dari negri super power bersenjata super canggih
Menunggang pesawat supersonic made in Amerika

Setiap hari tak ada detik tersisa
Kita dijejali mimpi kosong, disajikan harapan semu
Gosip politisi selebriti tanpa henti agar terbuai melayang
Terbang ke awang, lupa kenyataan, begitu menyesatkan
Hari ini, esok hari, sampai entah sampai kapan
Utang berlipat-lipat, kondisi menjerat makin sekarat
Bayi-bayi yang belum lahir tercekik utang negara
Pada Jepang Eropa dan Amerika

(Rambu peraturan cuma hiasan.. hukum hanyalah tameng kekuasaan)

Hei udara mendung bukan karena cuaca
Udara dipenuhi asap polusi knalpot dan bau bacin kencing
Para cukong, buaya darat, ular berdasi dan kucing garong
Langit hitam tersiram muntah asap polusi pabrik para gurita
Gorilla, lintah darat dan rayap-rayap mastodon
Serta barisan dracula haus darah merajalela merampok aset milik negara
Birokrat sesuka hati memperkaya diri
Kolusi, korupsi, manipulasi telah jadi hobi

Pujangga coba carikata yang bisa menyihir cuaca
Tapi banyak yang bilang cuaca sulit diduga
Senantiasa jumpalitan bagai sirkus anjing topeng monyet
Lantas kitapun melongo bego, tak tahu harus buat apa

(Termometer tak berfungsi..
jawatan meteorologi geofisika ternganga melihat tingkah polah cuaca)

Di abad digital
Para pialang spekulasi menaksir harga di bursa saham
Kepalanya penuh angka-angka, loncat bertubrukan
Mereka berselancar dalam transaksi di dunia maya
Dalam hitungan sekon, perubahan dipercepat
Jadi sesuatu kenyataan tak terhingga tiada batasnya

Pundi uang melesat berdesingan lewat kabel di udara
Peti mati antri menanti di ruang tamu mereka

Lantas…
Apa kita mau mawas diri dan berkaca pada rentetan bencana
Akibat keserakahan kita juga.. Manusia ! …

KAPAL BAU PESING

Kereta didorong matahari menghadap bulan
Orang-orang tidurdi gelandang kapal
Lampu-lampu suar kerlap-kerlip
Memberi isyarat mengepung imaji
Warnanya kuning dan hijau
Yang lain mengintip dari jauh
Tukang foto yang foto peluit kapal berbunyi
Bulan sabit pindah ke samping
Bentuknya seperti celurit melentang
Laut kotor sampah plastik
Limbah kaleng menari
Kapal bau pesing
Suara mesinnya seperti air mendidih
Suara mesinnya seperti air mendidih
Tali kapal dilempar
Orang-orang bergegas turun
Nelayan kali menjaring
Ikan di kali berkali-kali
Berjalan di berebatu yang lain
Kadang kadang tubuhnya setengah badan
Basah terendam
Di air tenang ia melempar jaring
Sebab biasanya disana ikan-ikan berenang
Dari celah-celah batu ikan mengintip
Nelayan kali mandi di air deras
Dari tadi ikan belum juga didapat
Penggali pasir menggali berkali-kali
Ada yang tua ada yang muda
Kemudian pasir dipisah-pisah
Atas bak truk terbuka mengangkutnya ke toko
Anak-anak kecil ada yang menyelam berkali-kali
Sambil bercanda setelah memancing berkali-kali
Aku menjemur pakaian di atas batu
Pikiran dan perasaanku dipenuhi oleh air kali
Mengambang mencari makan
Melawan arus berkelompok

MAKNA HIDUP INI

Aku tak mengerti aku tak mengerti
Apa sesungguhnya makna hidup ini
Semua yang terjadi seperti serupa
Pagi yang bernyanyi akhirnya harus pergi
Aku nyatanya tak berdaya
Ingin mencoba mengerti walau tak mengerti
Harus kujalani harus tak mengeluh
Mungkin jawabannya adalah persoalan itu sendiri
Yaya yaya yaya…
Yaya yaya yaya…

Halau hangat tubuhku dan alunan lagu
Menemani aku dalam perjalanan
Menyeberangi sungai menerangi lautan bosan
Pasti kunikmati rasa sepi ini
Ingin ku membagi tapi tak berbagai
Keluh kesah ini milik aku sendiri
Nyanyian ini sekedar air untuk terbakar
Sebagai kaki pelepas hati yang selalu was-was
Suara sang penyelamat untuk hidup sesaat
Masuk dari jendela dibawah pintu
Bangkitkan gairah bangkitkan jiwa yang tidur
Kenyataan hidup hampir saja redup

SELAMAT TINGGAL RAMADHAN

Selamat tinggal ya Ramadhan
Bulan suci bulan yang penuh berkah
Bulan dimana kita kembali dilahirkan
Sebulan penuh kita berpuasa
Menahan haus menahan lapar
Menahan keinginan yang bagai kuda liar
Punguti pahala yang bertebaran
Pintu maaf terbuka lebar
Kini tertutup rapat sampai datang giliran
Oh ya Ramadhan kali ini terasa cepat sekali
Oh ya Ramadhan kali ini
Sepi dan sedihnya sampai kedalam tulang
Sepi dan sedihnya sampai kedalam tulang
Di rahimmu ada ketenangan
Hangat disini di hati ini
Tapi mengapa pergi kami masih rindu
Akhirnya sampai di hari kemenangan
Hari dimana takbir membahana
Hari dimana setan-setan dibebaskan
Oh ya bayi-bayi yang dilahirkan
Akankah menjadi santapan sang setan ?
Oh ya hantu-hantu bergentayangan
Mencari jiwa yang dipenuhi dendam
Oh Tuhan tolonglah lindungi kami dari kekhilafan
Oh ya Tuhan tolonglah
Ramadhan mengetuk hati orang-orang yang gila perang

NYATAKAN SAJA

Nyatakan saja apa yang terasa walau pahit biasanya
Jangan disimpan jangan dipendam merdekakan jiwa
Bersuaralah kawan bagai ombak di lautan
Pasti lega hatimu jangan lagi ragu
Bersuaralah kawan bagai ombak di lautan
Pasti lega hatimu jangan lagi ragu

Walau diam adalah emas yang jelas diam adalah diam
Diamlah diam kalau kau suka tetapikenyataan harus dinyatakan

Katakan saja apa yang terasa
Jangan disimpan jangan dipendam
Katakan saja semua yang terasa

LUKA LAMA

Luka lama kambuh kembali semakin jelas semakin parah
Menjalar di setiap hari janji-janji hilangkah kini
Hanya usap.. hanya sentuh telinga.. lalu pergi…
Bahkan malam yang biasa singgah
Enggan menyapa pada sang bulan
Mimpi-mimpi tak cantik lagi
Sejengkal melangkah bertambah nyeri
Luka, kau paksa kami untuk menahan luka ini
Sedangkan kau sendiri telah lupa akan gaduhnya jerit
Akan busuknya derita, akan hitamnya tangis, akan kentalnya nanah
Di kaki kami yang labil melangkah

BERPUTAR PUTAR

Berputar dan berputar
Tak berawal
Tak berakhir

Berputar lagi berputar
Tak berawal
Tak berakhir

Berputar terus berputar
Tak berawal
Tak berakhir

SERDADU DAN KUTIL

Sibuk bikin kabinet.. rakyat lagi kegencet…
Ekonomi kepepet.. terpaksa jadi jambret…
Maklum susah bung.. daripada melamun…
Maklum pusing bung.. sidang di dapur umum

Wakil rakyat bahenol.. perutnya ngejandol…
Pintar-pintar bikin dogol.. lagi hobi ngebanyol…
Si bos Marsinem.. ngentitnya pilih kasih…
Ngerokok dulu ah.. baru ngebanyol lagi…

Bikin feeling kabinet.. komisi jangan ngaret…
Isinya kecil-kecil… hampir sebesar kutil…
Kutil..kutil..kutil… hidup kutil…

PUKUL DUA MALAM

Pukul 2 malam kehabisan rokok
Pergi ke dapur minum segelas air
Perempuan besar tidur didepan tv
Perempuan kecil menginap di rumah paman
Lewat pintu depan membuka pintu gerbang
Sepuluh langkah gerimis datang
Kembali kerumah mengambil payung
Warnanya merah dan kuning
Dengan merk Golden Truly Department Store
Jalanan sepi rumah-rumah sepi mobil-mobil sepi
Anjing helder tua menggigil kedinginan
Melihat curiga padaku namun tidak menggonggong
Hansip atau satpam menyapa sambil main catur
Pukul 2 malam kehabisan rokok
Separuh kakiku basah karena hujan
Tukang rokok kelas memakai nadas
Tidur diluar diselimuti karung beratap plastik
Istrinya begadang menunggui suaminya
Sepuluh ribuan keluar dari kantong
Sebungkus rokok buatan luar negeri ganti ke kantong
Aku pulang kembali menyapa yang ronda dan anjing helder tua
Pintu gerbang, dapur dan perempuan besar sudah masuk kedalam kamar
Payung merah putih membuatku basah
Aku lempar begitu saja ke tempat yang kering
Ku pergi ke kamar mandi tuk bersihkan diri
Kuhisap sebatang rokok luar negeri yang baru ku beli

PEMANDANGAN

Melihat ke depan, melihat ke belakang
Melihat ke kiri, melihat ke kanan
Melihat ke atas, melihat ke bawah
Kapan aku melihat diriku ?

Di depan harapan, di belakang masa lalu
Di kiri jurang, di kanan pun jurang
Di atas langit, di bawah tanah
Kapan aku melihat diriku ?

Pemandangan membuat aku cemburu
Pemandangan membuat aku terharu
Pemandangan membuat aku malu
Pemandangan membuat aku smakin tak tahu

Tak melihat aku buta, tak melihat aku tak mau
Aku ingin melihat yang tak terlihat
Ach… sok tahu !!!

SEMUT API DAN CACING KECIL

Diantara rerumputan dan bebatuan
Setelah pagi menjelang siang
Balada semut api dan cacing kecil
Berguling seperti seperti hati dan pikiranku
Saling menerkam saling berusaha untuk berarti
Semut api dan cacing kecil
Yang satu bergerombol yang satu sendiri
Semut api itu terus menggigiti cacing kecil
Menggelepar-gelepar
Pergulatan hidup di badan rumput dan batu
Kehidupan diatasnya berjalan biasa saja
Orang-orang terus bekerja aku merangkai lagu
Matahari membakar kulitku
Angin dingin membelai-belai
Semut api dan cacing kecil
Ada di hati dan pikiranku
Kursi panjang, teko dan gelas berisi teh pahit
Temani para buruh bekerja
Seekor kadal melintas sekejap berhenti
Melihat ke arahku
Apa yang ingin disampaikan
Apa yang ingin dikabarkan
Aku menunggu, aku menunggu bisu
Menunggui bisu.. bisu…

AIR DAN BATU

Orang-orang mulai sadar diri
Terbangun dari tidur yang panjang
Hari terbuang tidak berarti
Hanya untuk membelai bayangannya sendiri
Orang-orang mulai sadar diri
Bergegas meninggalkan ranjang
Entah pergi kemana
Suaranya bergemuruh seperti longsor
Doa-doa berhamburan
Nyanyi-nyanyi berterbangan
Jati diri dicari-cari
Untuk ada dan termakna
Air dan batu tidak sama
Air dan batu bisa bersama
Air punya mata, batu punya kepalan
Semuanya menyebar sendirian
Orang-orang harus sadar diri
Kalau bukan sekarang kapan lagi…

AKU TAK PUNYA APA-APA

Setelah sekian lama menunggu
Akhirnya datang juga giliranku
Setelah semuanya habis terkuras
Setelah tak ada lagi harapan
Pada saat semangatku bergolak
Pada saat nafsuku mendidih
Aku jatuh impianku hancur berkeping-keping
Sampai aku tak berani lagi berharap
Aku jalani saja hidup ini tanpa suka tanpa duka
Dari waktu dari waktu aku tak mau tahu
Kini kau datang menggodaku untuk bercerita
Lalu kuceritakan saja semua yang kutahu
Aku tak punya apa-apa
Bukan aku mengeluh apalagi mengiba
Memang aku tak punya apa-apa
Kuceritakan itupun karena kau minta
Kadang aku merasa masihkah aku menjadi manusia
Kadang aku berpikir benarkah aku tersingkir
Sedangkan pintu-pintu sudah terbuka
Cerita pun belum berakhir
Aku tak ingin apa-apa
Bukan aku berontak apalagi menghina
Memang aku tak ingin apa-apa
Kuceritakan itupun karena kau minta
Aku tak bisa apa-apa
Bukan aku merendah apalagi jumawa
Memang aku tak bisa apa-apa
Kuceritakan itupun karena kau minta

BIARKAN INDONESIA TANPA KORAN

Tapi kok kondisinya ampir mirip yang ama pemerintah sekarang, suka ingkar janji
Penguasa sekarang mudah marah berkata selaksa manusia yang resah
Kudengar dari balik rumpun bambu sedikitpun mereka tak mau diganggu
Pada malam September delapan enam, berita Radius Prawiro bikin geram
Empat puluh lima persen yang hilang, rupiah yang kita cinta berjaan pincamg
Oh.. oh…
Pernah kau berjanji bak seorang nabi, bahwa devaluasi tak mungkin terjadi
Bersuara emas kau di mimbar akbar tapi ternyata kau seorang pembohong besar
Oh.. oh…
Ya… kalau gaji kita berjuta sebulan tak jadi soal
Apalagi yang mlyar banyaknya rupiah ditukar dollar
Ya iya… kita kaum jelata, buruh tani, guru dan kuli
Padamu untuk yang kali ini, lukai nurani kami
Tinta merah bekas seorang menteri beri gelar penguasa sewenang-wenang
Aku baca dari sebuah koran sore yang kini sudah tak boleh lagi beredar
Oh.. oh…
Duka, cita untukmu sahabat.. dari kami disini
Yakinlah engkau tak sendiri masih ada kami yang bernyanyi
Sayangnya kami masih sekolah baru bisa gelisah
Tentu kalo sudah selesai pasti lebih lantang suara ini
44 SK akan dicabut hal itu akan kau beberkan kami setuju
Sebagai wartawan kau sudah benarsebagai penguasa mungkin juga benar
Tajam pena katanya bikin resah soal itu masyarakat biasa saja
Koran sore dihantam pemerintah justru itu hal yang membuat kami resah
Oh.. oh…
Senada rasa setia kawan dari teman seprofesi mari kita mogok menulis
“BIARKAN INDONESIA TANPA KORAN”

KATA-KATA

Kata-kata indah banyak bertebaran hampir setiap hari kita baca dalam koran
Hanya kata-kata bukan kenyataan tinggal kata kita memaki persetan !
Perlahan namun pasti tak peduli lagi menguak menghilang rasa hormat pada kata-kata
Apakah ini pertanda bencana kata indah berbisa berbusa-busa
Aku hanya diam tak bisa bicara aku hanya diam menyaksikan kejadian yang tak masuk di akal
Lalu mencoba berkaca pada kata kusandarkan kata-kata
Karena kita memang tak mungkin tak berkata-kata…

SUARA DARI JALANAN

Jangan pernah kau berpikir yang bukan-bukan
Apalagi menuduhku sampah jalan
Memang benar yang kupakai dekil dan kumal
Bukan berarti aku seorang kriminal
Oh malangnya kamu yang menilaiku seperti itu
Oh sok taunya kamu pergi saja sana ke ahli jiwa
Matamu sinis memandang sepatu bututku
Bibir mencibir nyindir sambil menghindar
Jangan kau sangka hatiku akan terluka
Hinaanmu membuatku semakin kasihan
Oh usilnya kamu yang memandangku seperti itu
Oh kemarilah kamu kan kukatakan aku cinta padamu
Duduk yang manis dengarkanlah laguku
Atau ikut menyanyi ikut menyanyi sambil menari
Daripada kau menangis karena frustasi
Lebih baik kau terima niat baikku
Oh suara jalanan meruntuhkan tembok feodal
Oh suara jalanan hanya mengabdi pada hati dan Tuhan
Desir angin dan deru ombak di lautan
Seperti itulah kakiku melangkah
Kisah nelayan dan batu-batu karang
Sabar dan setianya jadi pedoman
Oh jangan kata hinaansiksa badan insya Allah tahan
Oh suara dari jalanan suara murni untukmu kawan

DEMOKRASI OTORITER

“………………..”
Orang-orang kecil kok malah peduli
Merogoh kantong untuk harapan kosong
Otak demokrasi memberikan janji
Berdiri sedih berdarah perih
Orang-orang besar kok malah bertengkar
Melongok hati untuk bersembunyi
Otak otoriter sudah mulai teler
Jangan ragu-ragu walau kita malayu
Demokrasi otoriter mari sini jangan ngeper
Demokrasi dan militer lihatlah masih banyak yang keleler
Demokrasi otoriter mari sini jangan jiper
Demokrasi dan militer lihatlah masih banyak yang keteter
Orang-orang dogol kok masih bercokol
Ongkang-ongkang kaki di televisi
Otak foya-foya ngomong Pancasila
Melintas bebas sehabis melibas
Demokrasi Pancasila bebas tapi tak bebas
Demokrasi dan tentara yang mendengar jadi ingin tertawa
Demokrasi pancasila bukan milik kaum jelata
Demokrasi dan para badut yang mendengar jadi ingin kentut

LAGU PEGANGAN

Kita masih dilanda krisis
Bahkan lebih dari krisis
Krisis yang menjadi kritis
Kritis yang melahirkan orang bengis, oh....oh

Memang sulit dari situasi ini
Tapi bukan berarti tak ada jalan
Jalan keluar pasti ada
Itu sebabnya aku nyanyikan lagu ini, oh....oh... ach..ach

Dengarlah kawan kalau kau mau sampai tujuan
Potong saja tangan para koruptor
Hukum mati para pembunuh
Jangan beri hati para pemerkosa
Rajam saja di tengah kota
Politisi harus berani miskin
Yang kaya biarlah rakyat biasa
Agar kemakmuran menjadi nyata
Penguasa jangan jadi pengusaha

Pencuri, pemabuk dan pelacur itu warisan leluhur
Tak kan membuat bangsa jadi hancur
Kalau lagu ini jadi pegangan
Katakan sampai tujuan
Tak usah kau bimbang
Bernyanyi saja dengan lantang

Lagu ini lagu pegangan
Ciptaan bangsa yang sedang guncang
Hukum haruslah di tegakkan
Peduli setan atau jin yang menghadang

CERITA LAMA TIANANMEN

Keganasan kekuasaan tentara Cina
Telah menjadi sejarah yang tak mungkin terlupa
Mahasiswa dan rakyat damainya menghadang tank
Menjadi tumbal kesombongan
Para jenderal di panggung nada

Lidahnya api menyambar
Membakar yang punya hati
Rakyat sendiri dihancurkan
Demi gengsi ideologi
Pembantaian di Tiananmen adalah sebuah bukti
Dari sekian banyak kekerasan
Yang terjadi di muka bumi ini

Sampai kapan, sampai kapan ?
Moncong senjata mengancam dari segala arah
Gaung demokrasi tetap tabah bernyanyi

Suaranya getarkan hati nyanyian manusia
Yang dengar ikut bernyanyi
Walau diancam senjata

15 JUTA

15 juta orang menganggur
Puluhan juta lagi orang terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Dirumah-rumah orang ketakutan
Sikat lawan, sikat kawan urusan belakangan di belantar

Seniman, wartawan dan dermawan
Suka tak suka menjadi orang tahanan
Terpenjara oleh kenyataan... sialan...

15 juta orang menganggur
Puluhan juta orang lagi terancam kelaparan
Hutang menumpuk belum bisa dibayar
Orang sudah mulai memakan makanan binatang
Kelakuan orang sudah mirip dengan binatang

Tak ada lagi jaminan keamanan
Copet berkeliaran digedung pengadilan
Dijalanan terjadi kekacauan
Urusan belakangan...

OH / ISI HATI INI

Aku tak tahu pasti
Apa isi hatinya
Bencikah dia padaku
Muakkah dia kepadaku

Tapi dia selalu ramah
Senyumnya menjamah
Menyentuh keinginanku
Untuk bergumul dengan hidupnya

Aduh lidah menjadi kelu
Ketika aku akan bicara
Mengungkap isi hati ini
Mengungkap hasratku ini

Malang hati
Bersemayam didada sang pengecut
Kalah wibawa
Kalah prabawa

Oh susahnya hidup
Urusan hati belum selesai
Rumah tetangga digusur raksasa
Pengusaha zaman merdeka

Air mata tetangga
Banjiri kepedihan rasaku
Suaranya gemuruh
Memecah ketentraman bumi

Aku tak tahu
Aku tak tahu
Yang aku tahu
Aku tak tahu